Tetapitiada lain kata setengah ulama, bermula yang sebenar-benarnya DIRI itu adalah ROH, tatkala ia masuk bagi sekalian tubuh maka bernama NAFAS, Dan tatkala ia berkehendak bernama HATI, dan tatkala ia ingin sesuatu bernama NAFSU dan tatkala ia dapat memilih akan sesuatu bernama IKHTIAR, dan tatkala ia percaya akan sesuatu bernama IMAN, dan tatkala ia dapat memperbuat barang sesuatu bernama Salah satu ungkapan yang sangat masyhur di kalangan praktisi tasawuf Islam dari dahulu hingga sekarang adalah man arafa nafsahu arafa عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهArtinya, “Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”Mungkin selama ini banyak yang mempertanyakan otentisitas ungkapan tersebut sebagai hadits Nabi. Benarkah ungkapan tersebut sebuah petuah yang langsung disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW atau sebatas kata-kata hikmah seorang ulama yang kemudian dinisbahkan kepada Nabi SAW?Lalu bagaimana pula dengan pemaknaannya? Ada relasi apa antara mengenal diri sendiri dan mengenal Tuhan? Sejauh mana pengenalan seseorang terhadap dirinya bisa mengantarkannya untuk mengenal Tuhannya? Beberapa pertanyaan tersebut akan coba kami jawab dalam tulisan sederhana ini. Dan semoga kita senantiasa dalam lindungan dan petunjuk Allah SWT. Amiin Allahumma sebuah kisah menarik yang terjadi pada masa Rasulullah طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌTerjemahan Hadist tersebut yakniSuatu ketika, kami para sahabat duduk di dekat Rasululah shallallahu alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kemudian ia berkata “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang ia bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.” Dia bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” Lelaki itu berkata lagi “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?” Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!” Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju miskin papa serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.” Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, ”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no. 8]Saudaraku, semoga Allah senantiasa mengokohkan iman, islam dan ihsan kita dengan atas kehendakNya. Perjalanan hidup ini seringkali kita lalui dengan ketidaksadaran’ diri. Dalam hal ini, bukanlah linglung, pingsan, atau hilang ingatan. Akan tetapi karena kita tidak sadar tentang hakekat diri dan kedudukan kita serta kita tidak sadar betapa agung hak Rabb yang telah menciptakan kita atas diri kita. Berangkat dari ketidaksadaran’ itulah muncul penyakit ganas’ berikutnya yang bernama hakekat diri dan kedudukan kita, maka bacalah firman-Nya yang artinya, “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” QS. adz-Dzariyat 56. Kita adalah hamba yang harus menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apa saja. Adapun mengenai keagungan Rabb Allah yang telah menciptakan kita, maka bacalah firman-Nya yang artinya, “Segala puji bagi Allah, Rabb seru sekalian alam.” QS. al-Fatihah 1. Allah lah sosok paling berjasa kepada kita dan yang paling layak untuk mendapatkan seorang hamba telah kehilangan dua buah ilmu ini -ilmu tentang hakekat dirinya dan ilmu tentang keagungan hak Rabbnya- maka pupuslah harapan untuk menggapai kebahagiaan yang sebenarnya. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Seorang hamba akan sampai pada tujuannya -dengan meniti jalan yang lurus- adalah dengan merealisasikan kedua macam ma’rifat ini baik dalam bentuk ilmu maupun keadaan/sikap hidup, sedangkan keterputusannya -untuk bisa menggapai tujuan- adalah karena dia kehilangan keduanya. Inilah kandungan makna ucapan mereka -sebagian orang bijak-, Barangsiapa yang mengenal -hakekat- dirinya niscaya akan mengenali -keagungan- Rabbnya’…” al-Fawa’id, hal. 133Lalu bagaimana kita mengenal diri kita sebagai pribadi dan sebagai makhluk ciptaaan Allah di semestaNya? Sungguh teramat naif jika kita mendasarkan segala sesuatunya pada akal pikiran dan ego sebagai makhluk. Bukankah sebagai muslim kita telah mengenal istilah “Laa Haula wa Laa Quwwata illaa billaah”. Meski mungkin tak setiap hari bacaan hauqalah itu kita lantunkan, namun setidaknya kita pernah mendengarnya. Kemudian, apa makna ungkapan yang berulang kali Allah nyatakan dalam kitabNya tersebut?Terungkap jelas dalam kalimat tersebut bahwa “tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah ta’ala”. Itu berarti bahwa sesungguhnya apapun yang teralurkan dalam diri kita, baik lahir maupun bathin, baik yang terkecil sampai yang terbesar, semua adalah curahan cahaya Allah. Semua beralur dengan atas kehendakNya, baik yang kita sadari maupun yang tak kita sadari. Jika menilik lebih jauh lafal hauqalah tersebut, tersirat makna bahwa memang diri ini teramat lemah dan tak berdaya. Bahwa sesungguhnya tiada satupun gerak lahir maupun bathin kita yang terlepas dari alur kuasa Allah Yang Maha Kokoh lagi Maha bahwa diri ini adalah milikNya dan hanya Dialah Yang Maha Berkuasa atas diri ini merupakan bagian dari manifestasi pengenalan kita terhadap diri kita sendiri yang pada akhirnya akan membimbing ruh dan jiwa kita pada pengenalan akan Allah SWT dengan sebenar-benar pengenalanNya. Sesungguhnya Allah lah yang berkuasa untuk mengenalkan pribadiNya kepada siapapun yang dikehendakiNya melalui pengenalan akan asma’, sifat dan af’alNya yang terangkumkan dalam 99 asmaul husna. Tiada mampu diri ini untuk mengenalNya kecuali dengan atas petunjuk dan a’lam bis shawab. Itukecendrungan jiwamu, gak bisa dibohongi. Jadi, kenali dirimu. Terus, dan jangan salah katanya Imam Al-Ghazali, mengenal diri itu manfaatnya ada dua, begitu kamu jernih membaca dirimu semakin ke dalam, semakin ke hakikat sebenarnya siapa itu manusia, justru di paling dasar kamu akan ketemu gambarnya Tuhan.
Mungkin kita pernah mendengar sebuah ungkapan yang kira-kira kalimatnya seperti ini Barang siapa ingin mengetahui keberadaan Tuhan, maka kenali diri sendiri terlebih dahulu. Bila seseorang telah mampu mengenali dirinya sendiri, maka ia akan dengan mudah menemukan keberadaan Tuhan’. Bila dipahami dan renungi, ungkapan tersebut memang benar adanya. Ketika kita telah mampu menyelami ke kedalaman diri kita, mengetahui asal-mula kita misalnya, maka kita akan sampai kepada pemahaman bahwa segala sesuatu itu ada yang menciptakannya’. Kita tentu telah maklum bahwa sebuah rumah, tentu ada yang mendirikannya. Sebuah mobil, pasti ada yang merangkainya. Begitu seterusnya. Hingga akhirnya kita dapat memahami bahwa para manusia, bumi dan langit seisinya, tentu ada yang menciptakannya. Dialah Allah, Sang Pencipta, yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dalam buku Kenali Dirimu, Kau Akan Kenal Tuhanmu’ karya Yusuf A. Rahman Safirah, 2014 dijelaskan jika kita tidak pernah mengetahui diri kita sendiri, bagaimana bisa mengetahui Allah Swt. Tentu saja mustahil. Hanya mereka yang selesai mengenali diri merekalah yang mengetahui Allah Swt. Sebagai hamba Tuhan, mestinya kita selalu berusaha meningkatkan ketakwaan kita, misalnya dengan berupaya menaati segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Ketika seseorang berusaha untuk menjauhi segala larangan Allah Swt. dan menjalankan perintah-Nya, secara tidak langsung ia telah mengetahui siapa dirinya. Bagaimana mungkin orang yang tidak mengetahui hakikat dirinya akan bertakwa? Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah Swt. dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya halaman 59. Yusuf A. Rahman menjelaskan, takwa tidak hanya jalan menemukan hakikat diri, bukan hanya bekal keselamatan kehidupan akhirat, tetapi juga merupakan modal utama kehidupan dunia yang memberikan berkah di dunia maupun di akhirat. Sehingga, ia harus nyata dalam segala gerak kehidupan. Bukan hanya tampak ketika dilihat oleh banyak teman, saat berada di tempat-tempat suci, dan waktu-waktu tertentu, tetapi harus senantiasa hadir di mana pun dan kapan pun kita berada. Terbitnya buku ini layak kita apresiasi dan dapat dijadikan sebagai salah satu bacaan penyemangat hidup dan pembangun jiwa. Selamat membaca.
\n \n kenali dirimu maka kamu akan mengenal tuhanmu
kenalidirimu maka kau akan mengenal tuhanmu. 3 likes. Book
Oleh Dissi Kaydee Penulis storytelling/konten/sociopreneur, Brandpacker/Khadija Initiative Karena sedang menggarap beberapa artikel kesehatan, akhirnya saya jadi mempelajari hal-hal baru, yang sebenarnya ngga asing, demi menghasilkan tulisan yang bertanggungjawab. Jangan sampai sekedar jadi, tapi “Jaka Sembung bawa golok”. Baca dan riset, apa itu penyebab autoimun, gimana cara kerja sel darah putih atau disebut leukosit, apa itu Interleukin 6, bagian sel darah putih yang jadi pemicu rematik, dan lain-lain. Dan barusan ketemu kata baru “apoptosis sel”. Wuh, mantan anak sosial belajar ilmu biologi basic itu, sesuatu! Alias keriting, mesti diurut dulu kabelnya biar konek. Dan baca tentang bagian-bagian tubuh manusia yang terkecil ini, malah bikin semakin amazed saja. Kalau dulu sekedar tahu bahwa “tubuh manusia terdiri dari sel” atau “bagian terkecil manusia adalah inti sel atom”, sekarang jadi tahu ternyata masing-masing sel punya perannya sendiri. Ada yang tugasnya mengantar nutrisi, kasih sinyal, menerima, mengelola, dan ada yang khusus jadi bodyguard. Sambil membayangkan, sel sebanyak 37,2 triliun, bekerja terstruktur dan sistematis, kayak proses produksi di pabrik-pabrik. Masing-masing dengan tugas dan kewajibannya. Ngga boleh over lapping antar fungsi. Jumlah sel darah dan sel darah putih, ngga boleh berlebihan maupun kekurangan. Kalo ngga berakibat fatal sama tubuh alias keseluruhan sistem. Bisa bayangin kan gimana chaos-nya? Masing-masing pekerja pabrik’ yang harusnya kerja teratur sesuai SOP, jadi rebutan pekerjaan. Berantem satu sama lain atau malah menyerang dirinya sendiri, seperti autoimun. Atau timbul macam-macam penyakit, seperti infeksi, peradangan, atau yang berat seperti kanker. Fiuhh, keren banget yaa, kita nyemplung di dunia udah dikasih segalanya. Gratis, tinggal pake. Bahkan sejak masih jadi benih, sebelum sel sperma bertemu dengan sel telur, mereka sudah punya SOP-nya masing-masing. Ibarat kita dikasih mesin atau kendaraan buat kita pakai, yaitu tubuh kita. Dengan processor dan hard disk canggih yang otomatis udah siap fungsinya. Tinggal dijalanin. Pantes aja, menjadi masuk akal mengapa berhubungan suami istri pun, ada doanya di dalam Islam, termasuk tata caranya. Supaya processor dan hard disk-nya ngga corrupt dan failed pas mau dijalankan. Itu juga alasan, mengapa selama kehamilan harus dibacakan doa atau bacaan Al Qur’an, agar sel-sel yang akan membentuk jadi gumpalan darah atau embrio ini, selalu dalam perlindungan Allah. Terjaga benar fungsinya dan selamat dari kerusakan. Sampai tiba waktunya, ruh ditiupkan di bulan keempat, yang membuatnya bernyawa. Agar si jabang bayi dijauhkan juga dari keburukan-keburukan yang menetap di dalam diri ayah ibunya. Dari gen dan sifat buruk, maupun hasil intervensi jin-jin jahat yang menyusup melalui aliran darah. Baik yang mengendarai sifat dan emosi buruk kita, maupun karena kiriman’ sihir orang lain kasus yang sudah lumrah’ di Indonesia. “Sesungguhnya setan itu berjalan pada aliran darah manusia...” demikian Rasulullah SAW bersabda. Dan rahasia penciptaan manusia ini sudah tercantum di dalam Al Qur’an berabad-abad tahun sebelum sains modern menemukannya. Di surat Al Jatsiyah ayat ke-4. “Dan pada penciptaan dirimu dan pada makhluk bergerak yang bernyawa yang bertebaran di bumi terdapat tanda-tanda kebesaran Allah untuk kaum yang meyakini…” Dengan catatan, rahasia ini hanya untuk yang meyakini kebesaran Allah. Bukan yang ngeyel apalagi bebal, atau kayak satu tokoh liberal yang baru-baru ini berani bilang, “ngga perlu shalat karena ga minta dilahirin di dunia”. Kasian kan, jadi mengingkari proses penciptaannya sendiri dan menyia-nyiakan modal yang udah dikasih. Padahal, mudah aja bagi Allah menyumbat sedikit saluran darahnya, atau mematikan fungsi sel-selnya. Mudah banget! Jadi, bisa diliat, korelasi agama dan sains itu deket banget, ngga against each other. Malah saling melengkapi. Jadi mikir. Andaikan mayoritas ustadz atau guru agama bisa menguasai sains, minimal tahu proses penciptaan manusia atau alam semesta….atau semakin banyak ilmuwan yang bisa mengajarkan agama, pasti fun banget. Akhirnya perintah IQRA menjadi relevan. Bacalah dengan nama Tuhanmu. Kenalilah Allah melalui ciptaan-ciptaan-Nya. Bukan cuma soal halal dan haram atau surga dan neraka aja, yang di jaman modern ini dianggap ridiculous, tidak relevan, dan fiktif bukan fiksi ya. Tapi kenalkan lah Allah melalui bentuk-bentuk ciptaan dan kreativitas-Nya yang tidak mungkin disamai, dan melalui keajaiban-keajaiban sains yang dipahami dan dibanggakan oleh masyarakat modern. Rahasia-rahasia yang sebenarnya sudah dijelaskan di dalam Al Qur’an, kitab yang disampaikan seorang Rasul yang buta huruf, dan isinya melampaui jamannya. Karena mana mungkin, seorang manusia yang tidak mengerti huruf, bisa menjelaskan penciptaan-penciptaan-Nya, bahkan sampai yang terkecil, sel tubuh manusia, begitu detail, lengkap, dan sempurna. Dan melihat gambar-gambar di Internet bagaimana jaringan tubuh terbentuk demikian complicated-nya tapi bisa TSM – terstruktur, sistematik, dan masif. Mustahil kalau manusia bisa nyeplos sendiri lahir ke dunia, tanpa ada peran dari Pemilik Grand Design di belakangnya. Bahkan dalam pergantian siang dan malam yang tidak pernah meleset itu, ada tanda-tanda kekuasaan-Nya. Jadi tugas kita itu iqra, mengamati dan melihat dengan panca indera, mencerna dengan akal, mendengarkan’ hati nurani atau suara qalbu, lalu mengimaninya. Boleh mempertanyakan, jika untuk mencari kebenaran. Tapi bukan untuk mencari pembenaran atas penyangkalan akan peran Sang Maha Pencipta. Nanti hang, karena processornya panas ga ketemu jawabannya. Atau hard disk nya rusak karena menanggung beban yang ngga perlu. Karena sesungguhnya, kita semua asalnya dari setetes air mani yang hina. Yang bukan karena keridhoan-Nya, satu dari milyaran sel sperma itu akan gagal bertemu sel telur yang telah ditentukan-Nya. Karena siapa yang menentukan dari momentum pertemuan satu telur dengan milyaran sel sperma itu, salah satunya menjadi the best version of us sekarang? Apa jadinya jika si sel telur bertemu sel sperma yang lain? Akankah membentuk wujud yang berbeda? Lalu siapa yang menjaga sel yang sudah dibuahi itu sampai kelahirannya nanti? Apakah kita punya kuasa untuk menjaga sesuatu yang ada jauh di dalam tubuh, yang menyentuhnya saja tidak bisa? Lalu, berhak kah kita berjalan menegakkan dagu di atas bumi ini, ketika kita tidak berkuasa sedikit pun pada diri kita sendiri? “Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air mani, maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!” QS. Yasin 77 *** “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati berasal dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh rahim. Kemudian air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan Kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” QS. Al Mu’minun, 23 12-14 Wallahua’lam Sumber Foto – Jaringan sel darah melalui pembesaran microskopi diambil dari – Ilustrasi sel darah merah dari Flickr – Ilustrasi komponen darah dari Etsy – Ilustrasi sel T menyerang sel kanker dari Referensi dari sisi sains
MengenalDiri dan Keheranan Jalaluddin Rumi. Jangan puas dengan kisah-kisah, Tentang apa yang telah terjadi dengan orang lain. Sibak mitos dirimu sendiri. Kenali dirimu, alami sendiri, agar kau kenali Tuhanmu. Baris kalimat diatas adalah penggalan puisi Jalaluddin Rumi, seorang penyair sufi terkenal yang lahir tanggal 30 September 1207 Masehi Sisiput Agama untuk"..Kenali dirimu, maka kau akan mengenal Tuhanmu.."Kata itu ada di header blog ini setelah update blog's theme diawal Tahun 2008, mungkin sebagian ada yang ngerti, sebagian gak, dan sebagian lain cuek bebek, dan bahkan mungkin sebagian ada yang menghina dengan mengganggap "Akh, sok agamis make kata-kata gituan di Blog..!"It's okay, manusia memang punya kelebihan Akal dari makhluk lain ciptaan-Nya sehingga mempunyai persepsi yang berbeda-beda dalam menanggapi stimulus berbau agamis seperti itu hanyalah sebuah kata yang gw dapat dalam perjalanan spiritual menuju Ma'rifatullah mengenal Allah, sebenarnya masih banyak kata lain yang dapat membuat gw berpikir. Berpikir, itulah yang dikehendaki-Nya dalam mencari ilmu Bahasa Arab kata itu berbunyi "Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu"Artinya Barang siapa mengenal akan dirinya, maka mengenallah ia akan Tuhan-NyaDan sejak mendapati kata itu, Gw berpikir untuk mengupas makna dibalik kata-kata itu. Dalam proses berpikir mencari makna di balik kalimat itu, gw menemukan kata baru yang semakin membuat gw bingung."Antal mautuqabal maut"Artinya Matikan dirimu sebelum kamu matiBagaimana mematikan diri sebelum kita mati? Akh, apa ini sajak? Puisi? atau karya seni yang berat? sehingga hanya orang seni yang dapat memahaminya?.Okay, gw jadi bingung make a breakdown first..Mematikan diri = memisahkan diantara yang hidup dengan yang mati. Trus, yang dapat memisahkan itu adalah yang Hidup Tiada Mati yaitu adanya Ruh, manusia mendapat 7 sifat hidup yang tidak dimiliki jasad kita, sifatnya adalah 1. Mendengar2. Mencium3. Melihat4. Merasa5. Berkehendak6. Berkuasa7. Berkata-kataTanpa itu semua, matilah si jasad ini. Ini yang menjawab sebuah kata-kata populer dikalangan sufi, "Manusia bagaikan bangkai yang berjalan"Inilah salah satu cara yang gw temukan untuk mengenal Allah, yaitu dengan mematikan diri. Menghilangkan terlebih dahulu semua sifat hidup yang tak dimiliki jasad ini, yang sebenarnya adalah milik Ruh."Awaluddin Makrifatullah, Wa Makrifaturassul"...Awal beragama adalah mengenal Allah, Mengenal rasulMengenal Allah = mengenal diri kita = mematikan diri = menghilangkan sifat 7 Ruh di kita bisa mengaku beragama jika kita tidak mengenal siapa yang punya agama dan yang menjadi penyebar agama-Nya?Tak kenal maka tak sayang Disarankan untuk dibimbing seorang Guru untuk menjalani tahap ini. Gw bukan guru ya.., gw cuma sedang menjalani perjalanan ini dengan penuh kebahagiaan aja. Dan sekedar ingin memberikan sedikit sekali pengetahuan gw melalui tulisan ini, karena ilmu pengetahuan untuk dibagi, bukan untuk disimpan semua tak lepas dari kekuasaan-Nya melalui my beloved father memberikan gw pencerahan dalam mendalami agama, dan juga melalui kitab yang ditulis oleh KH. Muhammad Saman Al-Banjari selaku Pembina Pondok Pesantren Nurul Islam Tarakan-Kaltim. Semoga kita selalu diberikan Hidayah dari Allah SWT. apabila ada kesalahan dalam tulisan ini, kesempurnaan hanya milik Termasuk jika ada seseorang yang membicarakan hal yang negatif tentang dirimu, maka seorang teman sejati akan memastikan untuk mematahkan pendapat negatif dari orang tersebut. ia juga tidak akan segan-segan untuk membela dan memberitahukan hal yang sebenarnya mengenai diri kamu. Namun, temanmu yang palsu, tidak akan melakukan hal yang sama.
\n \n kenali dirimu maka kamu akan mengenal tuhanmu
: Kenali Dirimu maka Engkau akan Mengenal Tuhanmu :: . Terkadang kita didalam kehidupan ini lebih banyak mengulik atau kepo atau mengkoreksi kehidupan orang lain, namun kita sendiri lupa tidak

kenalidirimu maka kamu mengenal tuhanmu. #ngajifilsafat #manunggalingkawulagusti #walisongo #jallaludinrumi #emhaainunnajib #caknun #fahridunfaiz

KENALITUHANMU MAKA KAMU AKAN BAHAGIA. 21/09/2020. Facebook. Twitter. Pinterest. WhatsApp. 21/09/2020. Disamping itu ada juga orang yang mengaku bahwa dirinya sudah mengenal Allah Azza Wajalla akan tetapi masih diikuti dengan perbuatan yang mengarah kepada penyembahan selain Allah atau disebut juga sebagai orang yang muysrik, seperti dalam PHIp.
  • 6wznrla0aj.pages.dev/87
  • 6wznrla0aj.pages.dev/38
  • 6wznrla0aj.pages.dev/472
  • 6wznrla0aj.pages.dev/248
  • 6wznrla0aj.pages.dev/20
  • 6wznrla0aj.pages.dev/410
  • 6wznrla0aj.pages.dev/479
  • 6wznrla0aj.pages.dev/423
  • kenali dirimu maka kamu akan mengenal tuhanmu